Balita tewas dianiaya ibu gara gara mengompol, nyaris dikubur di tanah sedalam 20 sentimeter. Gara gara mengompol di kasur, balita dua tahun di Kupang, Nusa Tenggara Timur / NTT dianiaya ibu kandung hingga tewas. Mirisnya, jenazah balita dua tahun tersebut nyaris dikubur di tanah dengan kedalaman 20 centimeter yang digali dengan serok penggorengan dan besi.
Namun, sebelum pelaku menguburkan korban, pelaku Adriana Lulu Djami alias Ina ditangkap polisi, begini kronologi lengkapnya. Kepolisian ResorKupangKota, NTT, mengungkap kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan Adriana Lulu Djami alias Ina (33) terhadap putrinya DQ, yang masih berusia dua tahun. Kabid Humas Polda NTT Kombes Johannes Bangun mengatakan, akibat penganiayaan itu, sang putri meninggal dunia.
Kejadian itu, lanjut Johannes, berawal saat korban DQi kencing di kasur pada Selasa (31/12/2019) siang. "Akibatnya korban mengalami luka pada bagian kepala,"ungkap Johannes kepada Kompas.com , Kamis (2/1/2019). Kemudian, lanjut Johannes, pada malam hari, kondisi korban pun panas dan pelaku sempat memberikan obat.
Pada keesokan harinya, Rabu (1/1/2019), korban panas tinggi dan mengalami kejang kejang. Sekitar pukul 16.00 Wita, karena panik dengan kondisi korban, pelaku lalu memberikan bantuan napas buatan, namun korban tidak tertolong lagi alias meninggal. Melihat itu, pelaku kemudian menghubungi suaminya dan memberitahukan bahwa korban sudah meninggal.
Sekitar pukul 18.00 Wita, suaminya datang ke rumah mereka di Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang. "Karena kondisi korban sudah meninggal dunia, suaminya sempat menshalatkan jenazah korban," kata Johannes. Suaminya lalu menyuruh pelaku menguburkan jenazah korban di lokasi penghijauan Penfui.
Kemudian sekitar pukul 21.00 Wita, pelaku pergi ke lokasi, setelah itu pelaku menggali tanah menggunakan besi dan serok penggorengan dengan kedalaman sekitar 20 sentimeter. Setelah selesai menggali tanah, pelaku kembali ke rumah. Sekitar pukul 22.00 Wita pelaku membawa korban dengan cara menggendong di bagian depan menggunakan sepeda motor Honda Beat.
Namun, belum sempat mengubur jenazah anaknya, pelaku ditangkap aparat TNI Angkatan Udara (AU) Kupang. Tewasnya YAG (4), bocah berusia 4 tahun di Samarinda masih diselimuti misteri, banyak kejanggalan ditemukan! YAGbocah TK berusia 4 tahun yang hilang dan ditemukan meninggal dunia di parit, namun pihak kepolisian temukan kejanggalan ini.
Apalagi penemuan jasad Yusuf ditemukan dalam kondisi yang tak wajar dan tak utuh. Ditemukannya YAG(4) yang hilang sejak Jumat (22/11/2019) dalam kondisi mengenaskan setelah dititipkan di sebuah PAUD mendatangkan duka. Hasil penyelidikan PolsekSamarindaUlu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur menyimpulkan sementaraYAG(4) muridPAUDJannatul Afhtaal yang hilang diduga jatuh ke parit lalu terseret banjir melalui sistem drainase, Jumat 22 November 2019 lalu.
Dua pekan setelah kehilangan warga menemukan jasad tanpa dengan kepala di parit besar Jalan Antasari II diduga jasad Yusuf. Polisi sedang menguji DNA. Titik Yusuf hilang dengan lokasi penemuan jasad berjarak sekitar 4 kilometer.
Kedua lokasi ini terhubung melalui sistem drainase Karang Asam Kecil. Namun, jika ditelusuri lebih jauh saluran parit yang menguhubungkan dua lokasi ini memiliki banyak hambatan seperti jaring besi penyaring sampah, bekas coran jembatan yang menyisahkan potongan besi hingga sedimentasi menutup ruang drainase. Kompas.com menelusuri saluran sistem drainase dilokasi Yusuf hilang menuju lokasi penemuan, Minggu (15/12/2019).
Jaringan sistem saluran sangat jauh dan tak memungkinkan jika jasad sebesar balita lolos melewati semua hambatan itu. Temuan itu sama dengan penelusuran tim relawan Gerakan Merawat dan Menjaga Parit (Gemmpar) Samarinda. Gemmpar bahkan menurunkan timnya investigasi saluran sistem drainase yang diduga Yusuf terseret arus banjir tersebut.
Hasilnya, jika benar Yusuf terseret banjir dalam parit maka kemungkinan tersangkut di teralis besi penyaring sampah yang terpasang depan Kantor Dinas Kesehatan Kaltim. “Di situ ada teralis penyaring sampah. Tim mencoba masuk dan mengukur kedalaman celah untuk memastikan apakah benda besar dapat melewati celah pada bawah teralis tersebut, dan ditemukan sangat sempit serta mustahil bisa dilewati,” ungkap Ketua Gemmpar Hairul Marzuki saat dikonfirmasi, Minggu (15/12/2019).
Namun, jika diasumsikan jasad tersebut lolos lolos dari teralis itu maka akan tertahan di Polder Air Hitam sebagaimana pembuangan akhir. Di situ, kata Marzuki nyaris tak celah jasad lolos. Karena pintu polder tak pernah dibuka. Ditemukan pula banyak tanaman Eceng Gondok dan dipastikan tertahan tak bisa kemana mana.
Kemudian, penelusuran dilakukan lagi pada sistem jaringan saluran drainase dari lokasi PAUD menuju Antasari. Sepanjang itu harus melewati Jalan Juanda. “Tepat dibawah fly over Jalan Juanda terdapat saluran buntu. Sedimentasi nyaris penuh menutup ruang drainasenya.
Jangan sangat sulit benda besar melewati jalur ini,” kata dia. Karena ini dugaan Yusuf terseret banjir dinilai janggal. Meski demikian, Hairul mengatakan timnya tak memiliki kewenangan apapun memutuskan atau pun menyimpulkan apapun terkait kasus tersebut.
Pihaknya hanya membantu fakta lapangan kepada polisi untuk bahan penyelidikan. “Temuan kami di lapangan ini jadi bahan pertimbangan saja,” kata dia. Temuan banyak jaring besi ini pula membuat kedua orang tua Yusuf tak percaya jika anaknya disebut terpeleset ke parit lalu terseret banjir ke lokasi penemuan.
“Kami tidak yakin, anak kami ini jatuh ke parit. Kami duga ada tindakan kejahatan. Semoga polisi bisa mengungkap,” kata Bambang saat ditemui di kediamannya di Gunung Lingai, Sabtu (14/12/2019). Diberitakan sebelumnya, Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Arif Budiman mengatakan berdasarkan petunjuk dugaan sementara anak tersebut terseret banjir karena tak ditemukan indikasi kekerasan.
Soal tubuhnya yang tidak utuh, kata Arif karena hanyut dalam air belasan hari sehingga berpotensi membusuk dan dimakan hewan reptil. “Ada temuan dokter forensik kulit hewan reptil di paha kanan jasad itu. Sementara semua tulang tulangnya masih utuh. Hanya terlepas karena jaringan lunaknya membusuk,” jelasnya.
Pihak Unit Siaga SAR (Basarnas) Samarinda menyebut bahwa tubuh jasad balita tanpa kepala tersebut terjadi karena beberapa faktor. Kepala Unit Siaga SAR Samarinda, Dede Hariana menyebut bahwa jasad yang terendam di air tak mungkin terlepas bagian tubuhnya. Walaupun jasad tersebut sudah terendam di air selama berhari hari.
Menurutnya, bagian tubuh bisa terlepas karena beberapa faktor, seperti diserang hewan buas, tindakan kriminal, atau karena bagian tubuh tersebut tersangkut ketika arus air sangat deras. "Kalau tidak karena faktor faktor tersebut, bagian tubuh harusnya tetap utuh dan terhubung dengan kerangka," tegasnya. Untuk mengetahui penyebab kematian YAG, hingga kini pihak Polresta Samarinda masih melakukan penyelidikan.
Penyelidikan tersebut juga untuk memastikan kematian YAG terkait dengan tindak kejahatan atau bukan.