Setiap orangtua berharap anak anaknya terlahir sempurna, tak kekurangan apapun. Hal berbeda terjadi pada Herlambang Probo Hindratno (37) atau akrab disapa Lambang. Ayah dua anak ini sejak lahir sebagai penyandang tuli dan bisu.
Keadaan ini tak lantas membuat bungsu dari empat bersaudara ini kekurangan kasih sayang orangtuanya. Dukungan demi dukungan terus mengalir dari keluarga. Hingga orangtuanya, Jatno dan Rukinah, menyekolahkan Lambang ke sekolah luar biasa hingga setara SMA.
Tujuan mereka hanya satu, ingin Lambang maju dan sukses seperti anak normal lainnya. Hari demi hari dilalui Lambang tanpa menyerah hingga ia berkeluarga. Jangankan untuk menyerah, rasa tidak percaya diri sirna begitu saja ketika Lambang melihat kegigihan orangtuanya selama ini.
Sebab biaya SLB terbilang mahal. "Saya disekolahkan di SLB Santi Rama, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan," imbuh dia. Di sekolah, Lambang mulai diajari caranya berkomunikasi.
Baik melalui bahasa isyarat, mimik wajah ataupun tulisan. Dari situlah Lambang bisa berkomunikasi melalui pesan singkat seperti WhatsApp. Ia selalu berkomunikasi melalui handphone ketika ingin mengutarakan sesuatu kepada keluarga atau rekannya.
Tepat di usia 17 tahun, Lambang menekuni dunia otomotif. Selama di sekolah, melalui catatan di handphone, Lambang mulai diajari hal hal berkaitan dengan mesin. "Tujuannya supaya setelah selesai sekolah, kita punya kemampuan dan keahlian."
"Jadi untuk bekal hidup ke depannya," sambungdia. Tak bisa bicara, dapat ia atasi melalui tulisan. Sedangkan untuk mendengar lawan bicaranya, Lambang hanya mengandalkan rasa.
Sebagi contoh, ketika diajari untuk memperbaiki klakson sepeda motor yang rusak. Kondisinya yang tak bisa mendengar, membuatnya mengandalkan rasa saja jika klakson tersebut berbunyi. Sebab Lambang masih bisa mendengar suara yang terlalu melengking, namun frekuensinya kecil ketika mendengar.
Lambat laun, Lambang memberanikan diri untuk membuka bengkel sendiri. Tepat di sebelah kediaman orangtuanyadi Gang Annur RT 2/10 Nomor 15, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, bengkel tersebut resmi dibuka sejak 3 tahun lalu. "Sudah lama bukanya. Lupa tahun berapanya. 3 tahun lebih," ungkapLambang.
Saat ditemui di bengkelnya, Lambang fokus memperbaiki sepeda motor milik konsumennya. Ketika ada konsumen lain yang datang, ia langsung mengucapkan beberapa kata yang tak terdengar jelas. Komunikasinya menggunakan tangan yang terus menunjuk ke arah mulut.
Jika konsumennya orang baru, Lambang akan mememberi isyarat bahwa dirinya tak bisa berkomunikasi. Lambang kemudian meminta konsumen untuk menulis atau mengetik di handphone perihal keluhan pada kendaraannya. Sembari, Lambang menatap mimik mulut komsumennya untuk membaca apa yang diucapkan.
Lain halnya bagi konsumen yang sudah mengatahui kekurangan Lambang, mereka sudah membawa catatan dari rumah. Denni contohnya. Ia sudah sering bolak balik ke bengkel milik Lambang ketika motornya rusak atau sekadar untuk meminjam beberapa kunci saja. "Saya sudah tahu kalau yang punya seperti itu. Ya paling di tulis aja kalau mau minta tolong."
"Nanti kalau bayarnya dia kasih isyarat ke kita atau pakai tulisan juga," jelasDenni. Dalam sehari, penghasilan Lambang tak pernah menentu. Jika yang datang sepi, maka penghasilan hariannya bisa dibawah Rp 100 ribu.
Kendati terlahir dengan kekurangan, Lambang merasa bersyukur. Pasalnya ia sudah menemukan belahan jiwanya bernama Aprilia Deewi (34). "Ketemu istri saya pas lagi main ke rumah kakak kelas saya, Nanang, di Setu, Jakarta Timur," terang Lambang melalui catatan di handphone.
"Di situ April ternyata temannya dia. Kita memiliki kekurangan yang sama dan ternyata jodoh," sambungnya. Rasa syukurnya semakin tak henti diucapkan ketika mendapati kedua anaknya, Khinanti Della (10) dan Muhammad Fajar (2) terlahir normal. "Alhamdulillah anak saya dua duanya normal. Senang sekali perasaan saya," ucap Lambang.
Selain terlahir normal, anak sulung Lambang termasuk satu di antara murid berprestasi. Hal ini diungkapkan, Suwarno (55), tetangga Lambang. "Saya dari tahun 1976 di sini, rumahnya dekatan. Jadi sama keluarganya Lambang sudah seperti keluarga," ujar Suwarno.
"Iya betul, anaknya normal. Dia senang banget pas tahu anaknya normal. Sudah gitu anaknya berprestasi," lanjutnya. "Selalu masuk dalam 10 besar. Karena memang keluarganya tuh peduli semua. Jadi kekeluargaannya memang bagus sekali," tandasSuwarno.